Dengan rasa
penasaran, aku mencoba membuka kembali file cerpen yang tak sengaja kau simpan
di latopku. Bukan! Bukan kau yang menyimpan, tapi aku yang menyimpannya tanpa
sepengetahuanmu. Jangankan menyimpan untukku, mengetahui sedikit isi cerita didalamnya
saja tak kau ijinkan. Serahasia apa cerita itu? Apa yang kau sembunyikan
dariku?
Hanya kejujuran
dan keterbukaan yang mampu menjalin keharmonisan. Dan itu yang senantiasa aku
harapkan dari-mu cinta.
File Microsoft word dengan file name “Cinta Jangan Pergi” terbuka. Deg dari untaian kalimat pertama, cerpen
ini sudah membuat jantungku tersentak keras. Seiring bacaanku pada tiap kata yang
kau torehkan dalam cerpen ini, rasa cemburu merasuk dan menusuk tajam tepat di
hatiku. Aku tak tau harus marah? Atau harus sabar menerima ini semua?
Dilain sisi,
aku mengagumi rangkaian tiap kalimat yang kau goreskan namun disisi lain aku
merasa cemburu. Cemburu ingin mendapatkan kasih sayangmu yang sepenuhnya. Sebagaimana
kasih sayangmu yang kau curahkan dalam cerpen untuk laki-laki itu “Selama ini aku selalu
berusaha mengerti sikapnya, menyesuaikan diriku dengannya. Aku memang cuek,
tapi bersamanya aku berusaha peduli. Aku memang egois, tapi bersamanya aku
mencoba mengalah dan berusaha meruntuhkan segala keegoisan yang ada. Aku memang
belum dewasa, tapi dihadapannya aku berusaha tidak menjadi layaknya anak kecil.
Yang jelas, setiap detik aku selalu ingin terlihat sempurna dimatanya. Karena
cinta sebenarnya adalah yang bisa membuatku berubah.”
Aku coba terus membaca
sampai untaian terakhir kalimatmu dengan menahan rasa cemburu dan sakit. Sakit
dan cemburu mendekap karena aku tau semua cerita ini adalah benar dan nyata,
bukan cerita imajinasi seperti cerpen-cerpen yang biasa ditulis seorang
cerpenis atau novelis. Namun satu yang paling membuatku sakit dari cerpen itu! KAU MASIH MENGHARAP CINTANYA DISAAT KITA SEDAG MENJALIN KASIH.Karya Pena,
27 April 2013