------- BLOG-nya Anak-Anak Jurnalistik -------

"Mencoba Menyuguhkan yang Terbaik untuk DUNIA...."



Senin, 24 Oktober 2011

Mahasiswa: momok bagi masyarakat?

Mahasiswa: Momok Masyarakat?


Dewasa ini kita banyak disuguhkan berbagai macam berita, baik dari media cetak, radio maupun televisi, mengenai demonstrasi anarkis mahasiswa. Tidak hanya di Jakarta yang notabennya sebagai Pusat Pemerintahan Negara, tetapi aksi para mahasiswa ini terjadi hampir di seluruh pelosok negeri.

Lihat saja aksidemostrasi yang terjadi di Makassar misalnya, mahasiswa dengan bringas merusak fasilitas publik. Pospolisi yang berada di dekat kampus menjadi sasaran pengrusakan. Selain memecahkankaca, mereka juga menghancurkan fasilitas di pos polisi tersebut.

Blokade jalan dengan membakar ban bekas yang membuat jalanan macet, serta bentrok dengan aparat kepolisian yang bertugas mengamankan jalannya demonstrasi pun tak terelakkan dalam setiap aksi menyuarakan aspirasi yang dilakukan mahasiswa.

Aksi para mahasiswa ini, dirasa sangat mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Karena setiap demonstran menggelar aksi parlemen jalanan, berakhir dengan kerusuhan yang kadang membawa korban.

Banyak sopir angkut, pedagang kaki lima bahkan pekerja kantoran yang mengeluh jika mahasiswa beraksi. Mereka beranggapan bahwa aksi yang dilakukan para mahasiswa melalui orasi-orasi di tengah jalan itu, tidaklah efektif untuk menyalurkan aspirasi rakyat jika ujung-ujungnya berakhir dengan perusakan dan pembakaran. Malahan cenderung mengganggu mobilitas perekonomian masyarakat sekitar.

Salah satu tugasi ntelektual sesungguhnya adalah mengkritisi kebijakan Pemerintah. Sebagaimana yang pernah ditulis oleh Sosiolog Jerman, Theodor Geiger: “Tugas seorang cendekiawan adalah menjadi pengeritik kekuasaan yang tidak jemu-jemunya dan dengan itu menjaga agar pohon kekuasaan itu tidak bertumbuh tinggi mencakar langit.”

Jika setiap penyampaian aspirasi ataupun kritik terhadap Pemerintah berujung dengan kerusuhan yang mengancam jiwa dan fasilitas umum, Mahasiswa bukan lagi pantas dianggap sebagai kaum intelektual yang berprilaku layaknya orang yang berpendidikan. Padahal apa yang dilakukan para mahasiswa itu bertujuan untuk menyalurkan aspirasi masyarakat tentang kebijakan pemerintah yang dirasa kontra terhadap kepentingan rakyat.

Oleh karena itu, mahasiswa—kaum intelektual—dalam menyampaikan aspirasi dan kritik terhadap kebijakan yang tidak sesuai dengan UU yang sudah ada, hendaknya dilaksanakan dengan tertib dan bijaksana sesuai dengan norma dan peraturan yang sudah ada. Sehingga mahasiswa tidak menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review